Tahun
2014, merupakan tahun dimana dinamika politik amat sangatlah terlihat.
Bagaimana tidak? Ketika proses re-organisasi pemerintahan negara terjadi di
tahun ini baik dari lembaga Eksekutif maupun lembaga Legislatif melalui Pemilu
(Pemilihan Umum). Tidak sedikit pula segelintir orang yang mengatakan bahwa
tahun ini memang tahun politik, para calon Pemimpin Rakyat dan Calon Wakil Rakyat
melakukan intervensinya di tahun ini untuk menarik hati warga masyarakatnya
agar bisa memilih salah satu dari mereka. Tapi sebelum kita membahas lebih jauh
mengenai pemilu. ada baiknya kita mengetahui “Apa sih Politik itu?”
Pemikiran
mengenai politik tidak dapat dilepaskan dari pengaruh pemikiran filusuf Yunani
kuno, seperti Plato dan Aristoteles. Plato dan Aristoteles
menganggap politik itu sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu masyarakat
politik yang baik, dimana manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang
untuk mengembangkan bakat, bergaul dengan rasa kemasyarakatan yang akrab dan
hidup dalam suasana moralitas yang tinggi.
Berkembang
dari pendapat kedua filusuf tersebut, definisi mengenai politik pun semakin
luas dan multimakna. Seperti pada beberapa pendapat yang diperoleh melalui
hasil diskusi dan kajian para pengurus BEM UNS 2014 Kabinet Solid Berkarya diperoleh
kesimpulan bahwa politik itu merupakan sebuah cara, strategi, sistem bernegara
untuk memperoleh atau mendapatkan kekuasaan yang tentunya berkorelasi dengan
hukum. Banyak lagi definisi maupun pendapat yang dikeluarkan dari hasil diskusi
dan kajian ketika mendengar sebuah kata “politik” baik dalam definisi yang positif
maupun negatif. Tentunya teman-teman pun memiliki pemikiran tersendiri terhadap
makna politik itu bukan? Tapi yang jelas apapun definisinya, tentunya politik
ini merupakan fungsi dari adanya sistem pemerintahan atau regulasi di dalam
suatu negara.
Ketika
sudah mengetahui definisi tersebut, ada baiknya kita pun mengetahui apa sih
dampak yang diberikan akibat adanya politik itu? Dari diskusi dan kajian
kemarin pun diperoleh berbagai macam pendapat bahwa adanya politik akan
berdampak pada adanya kompetisi para penguasa, pengaruh-pengaruh yang diberikan
kepada para masyarakatnya, kebijakan pemerintah maupun paradigma mengenai
postif dan negatif dari politik itu sendiri. Seperti yang sudah kita bahas di
awal, jika kita berbicara mengenai politik tentu tidak jauh berbicara dengan
pemilu. Dapat diambil kesimpulan mengenai beberapa pendapat pengurus BEM UNS
2014 Kabinet Solid Berkarya saat melakukan kajian dan diskusi mengenai pemilu
bahwa pemilu merupakan sarana atau cara alternatif utuk merealisasikan tujuan
politik untuk menentukan para Pemimpin Negeri dan Wakil Rakyat dalam proses
Demokrasi. Pemilu juga merupakan pergantian estafet kepemimpinan dimana yang
baik harus menjadi lebih baik, dan yang tidak baik menjadi baik.
Dari
berbagai pendapat diatas, tentunya kita sebagai kaum yang berintelektual yaitu
mahasiswa dapat berperan aktif dalam proses penyelenggaraan negara untuk
pergantian estafet kepemimpinan di negeri ini. Tetapi pada faktanya, ketika
berbicara mengenai pemilu dan mahasiswa ternyata masih tidak sedikit mahasiswa
yang tidak apreciate terhadap pesta
demokrasi terbesar ini. Tidak sedikit pula mereka yang memilih ‘golput’ dengan
tidak memberikan hak pilihnya dalam pemilu. Tentunya dengan berbagai macam
asumsi atau pendapat bahwa mereka tidak mengenal calon pemimpin dan wakil
rakyatnya, tidak memberikan pengaruh apa atau dampak yang mereka rasakan, atau
tidak ada lagi para pemimpin atau wakil rakyat yang baik di negeri ini dan
pantas dipilih. Merupakan hal yang sudah tidak jarang lagi tentang berbagai
macam asumsi atau pendapat negatif serta minimnya kesadaran mahasiswa terhadap
adanya pemilu.
Tapi
disini marilah kita rubah paradigma kita sebagai kaum yang berintelektual bahwa
kita memiliki hak untuk memperbaiki Indonesia menjadi lebih baik. Satu suara
dari kita akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah Indonesia. kebijakan
itu juga sangat penting bagi kita para mahasiswa, karna kebijakanlah yang
mengatur kemana dan bagaimana kita melangkah selanjutnya dalam bermasyarakat.
Sebagai mahasiswa, kita diharapakan memiliki pemikiran yang merdeka agar
orang-orang yg duduk di kursi itu, tidak di intervensi oleh berbagai macam
kepentingan-kepentingan baik kepentingan individu maupun kepentingan partai.
Selain itu sebagai mahasiswa kita diharapkan untuk menjadi pemilih yang cerdas,
yaitu pemilih yang dapat mem-filter
mana yang baik dan mana yang buruk, yang bisa memanfaatkan setiap kesempatan
untuk melihat para calon Pemimpin dan Wakil Rakyat yang memang pantas untuk
dipilih agar dapat merubah mindset
kita bahwa masih ada orang-orang yang baik yang pantas memimpin dan menjadi
wakil rakyat di negeri ini.
Jadilah
bagian dari perbaikan untuk Indonesia yang lebih baik sebagai negara yang
demokratis. Karena Demokrasi itu tidak peduli siapa yang pintar dan siapa yang
bodoh. Siapapun, hanya dihargai satu suara, kalo kita tidak memilih, tandanya kita
telah menyia-nyiakan satu suara yang sebenarnya berdampak besar bagi perbaikan
Indonesia yang akan datang.
Created By: Ismi Eka Rahayu
(KASTRAT BEM UNS 2014)